Filsafat Seni
Nama : Firdiah Armida
Npm : 202246500629
Kelas : R3I
Mata Kuliah : Filsafat Seni
Dosen : Dr.Sn.Angga Kusuma Dawami M,Sn
Perbandingan 30 Artikel MeliputiObjek, Teori/Pendekatan, Analisis, dan Kesimpulan.
1. Kupu-Kupu di Atas Bunga – Angin Menari Melalui Padang: Menyimak Filsafat Seni Martin Heidegger (Yasintus, T. Runesi, 2019)
Objek : Lukisan Kupu-Kupu di Atas Bunga - Angin Menari Melalui Padang.
Teori/Pendekatan : Konsep Seni Heidegger.
Analisis : Dalam pemikiran Martin Heidegger, terutama dari tahun 1930-an ke depan, ia meyakini bahwa Sein (keberadaan) mengungkapkan dirinya ketika manusia, yang ia sebut sebagai Dasein, terbangun dari kebutaan dari akal sehat umum dan berjuang untuk mencapai otentisitasnya sendiri. Dalam tulisan ini, penulis menguji pemikiran Heidegger mengenai penghancuran karya seni sebagai tempat pertikaian antara seni dan politik dalam teksnya, "Der Ursprung des Kunstwerkes" (Asal-Usul Karya Seni). Posisi Heidegger sangat kompleks, di satu sisi, ia mengakui bahwa Sein adalah fenomena di luar cakrawala pemahaman kita, Sein tidak berkaitan dengan sesuatu yang spesifik; di sisi lain, ia menekankan bahwa kehadiran Sein melalui seni terukir dalam identitas tertentu, khususnya volks (rakyat) Jerman. Jurnal ini berargumen bahwa identifikasi Sein dengan identitas tertentu seperti volks Jerman, memberikan kebenaran bahwa politik itu sendiri terbentuk dan diinstitusikan dalam dan sebagai karya seni.
Kesimpulan : Secara singkat, tulisan tersebut tampaknya menyoroti dualitas dalam pandangan Heidegger tentang Sein, di mana ia mengakui ketidakspesifikan Sein namun juga menyisipkan identitas tertentu ke dalamnya, serta bagaimana hal ini berhubungan dengan politik dalam konteks karya seni. Sedangkan saya akan menggunakan aliran romantisme yang melihat spesifik pada lingkungan atau alam.
2. Kaligrafi Islam dalam Perspektif Filsafat Seni (Syahrul Kirom, 2020)
Objek : Lukisan Kaligrafi islam.
Teori/Pendekatan : Pendekatan filsafat seni.
Analisis : Kaligrafi Islam (seni melukis huruf) memiliki nilai-nilai keindahan, keunikan, dan nilai spiritual serta memiliki makna simbolis bagi budaya Islam. Seni kaligrafi memiliki makna spiritual keagamaan yang menyebabkan seseorang mengalami eskatologi. Hasil dari studi ini menemukan bahwa seni kaligrafi Islam memiliki nilai-nilai estetika yang indah penuh dengan iman dan pengabdian. Keberadaan seni kaligrafi Islam memberikan makna dan pemahaman terhadap proses pencapaian ide yang sangat transenden kepada Tuhan.
Kesimpulan : Jurnal ini mempelajari makna dari spiritualitas keagamaan yang lebih bersifat filosofis dalam memahami kaligrafi Islam melaui perspektif filsafat seni secara luas. Sedangkan di dalam tulisan saya, saya akan meneliti secara spesifik dengan teori mimesis dalam melihat lukisan yang bertemakan alam.
3. Analisis Karya Seni Bertemakan Toilet dalam Pandangan Teori Estetika Sehari-hari (Nurulfatmi Amzy, 2020)
Objek : Lukisan Mural, Patung, dan Instalasi bertema toilet
Teori/Pendekatan : Fenomenologi
Analisis : Jurnal ini meneliti atau menganalisis karya seni yang memiliki tema terkait toilet dari perspektif teori estetika sehari-hari. Objek yang dianalisis dalam jurnal ini berupa karya seni yang mencakup toilet sebagai tema utamanya. Ini menunjukkan bagaimana karya seni yang menggunakan toilet sebagai tema dipahami dalam konteks sosial dan budaya di mana karya tersebut dibuat. Kompleksitas dalam apresiasi seni di ruang publik. Ada karya seni yang menimbulkan perasaan tak nyaman bagi sebagian orang, bahkan sampai pada tingkat ketidaknyamanan yang signifikan seperti yang terjadi pada Mr. Toilet House. Meskipun instalasi yang melibatkan toilet dan kotoran tersebut mungkin memicu reaksi jijik dari sebagian orang, tetapi ada argumen yang mengatakan bahwa nilai estetis dari karya tersebut tetap ada, terutama dalam konteks estetika sosial.
Kesimpulan : Pendekatan ini memperluas gagasan estetika dari sekadar keindahan visual atau kesenangan estetis ke dalam ranah yang lebih luas, termasuk aspek sosial, kontekstual, dan respons emosional yang ditimbulkannya. Pemahaman ini membawa gagasan bahwa estetika bukan hanya tentang keindahan yang konvensional, tetapi juga tentang pengalaman dan interaksi kompleks yang terjadi antara karya seni, ruang publik, dan audiensnya.
4. Kajian Ikonografi dan Iknologi Lukisan Raden Saleh: “Gouvernour-Generaal Daendels En De Grote Postweg” 1938 (Aditya Nirwana, 2019)
Objek : Lukisan Raden Saleh: “Gouvernour-Generaal Daendels En De Grote Postweg”
Teori/Pendekatan : Pendekatan teori Ikonologi dan Ikonografi Erwin Panofsky
Analisis : Jurnal ini menyoroti hubungan antara konteks sejarah sosial-politik dan pengalaman pribadi pelukis, Raden Saleh, dengan karya seninya, khususnya lukisan "Gouvernour-generaal Daendels en de Grote Postweg". Lukisan ini dianggap sebagai kristalisasi simbol dari kritik atau perlawanan terhadap penindasan oleh penguasa. lukisan tersebut dianggap sebagai bukan hanya karya seni visual, tetapi juga sebagai narasi simbolik yang mengungkapkan kritik terhadap perubahan sosial-politik yang terjadi pada masa itu. Lukisan tersebut menjadi cermin dari perasaan serta pandangan Raden Saleh terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya, menjadi suatu bentuk ekspresi yang dianggap merefleksikan perubahan dan tragedi yang dialami oleh masyarakatnya pada zamannya.
Kesimpulan : Dari penafsiran tema lukisan ini berdasarkan berbagai sumber sejarah, imaji, dan alegori yang tergambar, dapat disimpulkan bahwa konsep yang menjadi dasar penciptaan lukisan ini oleh Raden Saleh adalah untuk mengungkap konflik politik yang melibatkan kekuasaan yang menindas. Oleh sebab itu, penelitian yang akan saya lakukan memiliki banyak perbedaan dengan jurnal ini, mulai dari penggunaan teori, perbedaan interpretasi objek, hingga sasaran analisisnya.
5. Seni Lukis Kontemporer Karya Andie Aradhea dalam Pendekatan Kritik Seni (Anandhita Alvina Damayanti & Martien Roos Nagara, 2022)
Objek : Semua Lukisan Kontemporer Andie Aradhea
Teori/Pendekatan : Teori/Pendekatan Pendekatan kritik seni Dharsono Sony Kartika, teori estetika Monroe Beardsley
Analisis : Karya-karyanya sering menggambarkan kekuatan seorang ibu dalam merawat, menyayangi, dan mencintai anak-anaknya dengan tulus. Ia digambarkan tanpa keluhan, memiliki ketangguhan yang luar biasa, dan cinta kasihnya kepada anak-anaknya dilukiskan tanpa batas. Lukisan-lukisan Andie Aradhea mengilustrasikan tekad, niat, kerja keras, dan dedikasi seorang ibu yang tak terbatas kepada anak-anaknya, seolah menggambarkan cinta yang tak terhingga dan abadi, layaknya lingkaran yang tak memiliki ujung. Ia dianggap sebagai sosok keramat bagi anak-anaknya dalam kehidupan dunia.
kesimpulan : Dalam penciptaan karya seni lukis dalam aliran impresionisme dan surealisme, terdapat tiga prinsip utama: Keprihatinan, Harapan, dan Cinta. Jadi, konsep ini melibatkan perasaan keprihatinan, aspirasi untuk kebaikan bersama, dan rasa cinta yang mendalam dalam penciptaan karya seni lukis aliran impresionisme dan surealisme. Sedangkan jurnal yang akan saya buat menggunakan teori yang menganalisis tentang kehidupan lingkungan alam dan maknanya untuk menyayangi lingkungan.
6. Tinjauan Filsafat Seni Gilles Deleuze Terhadap Kredoo Jiwa Ketok S. Sudjojono (Aang Apriyanto, 2015)
Objek : Kredo Jiwa Ketok
Teori/Pendekatan : Koonstruktivis dari Filsafat Seni Gilles Deleuze, metode hermeneutik
Analisis : Penelitian ini fokus pada eksplorasi pemikiran seni rupa Indonesia modern, khususnya visi yang dirumuskan oleh Sudjojono yang dikenal sebagai kredo jiwa ketok. Kredo jiwa ketok menjadi pokok perdebatan yang berkelanjutan, mendorong peneliti untuk tidak hanya menyelidiki aspek historisnya, tetapi juga mendekatinya melalui lensa filsafat seni Gilles Deleuze. Sudjojono, seorang pemikir seni dan pelukis Indonesia, dikenal atas karya-karya yang merumuskan visi seni rupa Indonesia modern dengan konsep kredo jiwa ketok. Pemikiran Sudjojono tentang jiwa ketok terus menjadi topik perdebatan yang belum terselesaikan sepenuhnya. Oleh karena itu, penelitian ini tidak hanya menelaah kredo jiwa ketok dalam konteks sejarahnya, tetapi juga mengadopsi pendekatan filsafat seni Gilles Deleuze.
Kesimpulan : Jurnali ini membahas relasi subjek dan objek, terutama dalam konteks postmodernisme dalam bidang sinema dan seni. Melalui Gilles Deleuze, seorang pemikir yang pemikirannya masih diperdebatkan hingga kini, dikenal sebagai tokoh yang berkontribusi dalam bidang filsafat post-strukturalis dan postmodern.
8. Eksistensi Perupa Perempuan dalam Seni Grafis: Studi Kasus Theresia Agustina Sitompul (Ayu Puji Handayani, & Mayang Anggrian, 2022)
Objek : Seni Grafis
Teori/Pendekatan : Teori Psikoanalisa Sigmund Freud dan Teori Konstruksi Sosiologi Seni Vera L. Zolberg
Analisis : Seorang seniman dalam dunia seni tidak hanya dipengaruhi oleh aspek individual dan karyanya, tetapi juga oleh faktor-faktor eksternal. Kedua faktor ini sangat penting dan saling terkait untuk mendukung karier seorang seniman di dunia seni rupa. Seniman yang terlibat dalam ranah sosial seni perlu memahami bahwa terdapat beberapa aspek kunci yang menjadi landasan dalam mendukung eksistensinya di dalamnya, seperti reputasi, karya, manajemen, dan jaringan atau koneksi. Jika seorang seniman dapat mengelola dan memadukan kedua faktor ini dengan baik, maka eksistensinya di dalam dunia seni sosial dapat terwujud lebih mudah. Namun, ini semua membutuhkan pembangunan dari nol dan tentu saja melalui proses yang panjang.
Kesimpulan : Jurnal ini lebih kepada pembahasan mengenai pencipta seninya melalui teori sosiologi, sedangkan jurnal saya akan melakukan penelitian pada hasil karya yang diciptakan.
9. Imaji Hiu dalam Lukisan (Arif Hanungtyas Sukardi, 2013)
Objek : Lukisan ekspresionistik imaji hiu.
Teori/Pendekatan : Ekspresionisme.
Analisis : Kehebatan dan kekaguman terhadap keindahan gerakan serta elegansi hiu saat berenang di dalam air mencerminkan perasaan seniman dalam mengaplikasikan cat pada kanvas, mengangkat tema kehidupan ikan hiu sebagai gambaran visual. Lukisan ini tidak hanya menggambarkan keindahan secara visual, melainkan juga menyampaikan nilai-nilai kehidupan. Teknik yang dipakai disesuaikan dengan karakter, mengadopsi teknik opak, transparan, transluen, serta sapuan kuas. Dalam proses visualisasi, ada manipulasi bentuk melalui deformasi. Lukisan menampilkan berbagai bentuk ikan hiu sebagai fokus utama dengan elemen-elemen pendukung lainnya. Penggunaan palet warna yang serasi dalam susunan asimetris dan penciptaan kesan dramatis bertujuan menciptakan lukisan yang unik dan personal dengan ciri khasnya sendiri.
Kesimpulan : Melalui proses artistik dan kreatif, lukisan tersebut menggambarkan tidak hanya keindahan visual dari gerakan dan keanggunan ikan hiu, tetapi juga menyampaikan pesan tentang nilai-nilai kehidupan. Teknik yang digunakan dalam lukisan tersebut disesuaikan dengan karakteristiknya, menggabungkan berbagai teknik seperti opak, transparan, transluen, dan sapuan kuas. Proses visualisasi melibatkan pengubahan bentuk melalui deformasi untuk menampilkan ikan hiu sebagai objek utama dengan elemen-elemen pendukung yang menciptakan kesan dramatis dan komposisi yang karakteristik serta personal dalam karya tersebut.
10.Kajian Ideologi Seni Rupa 1900-an: Studi Kasus Agus Suwage (Anggiat Tornado, Dadang Suganda, Setiawan Sabana, Reiza D. Dienaputra, 2013)
Objek : Lukisan Agung Suwage
Teori/Pendekatan : Ideologi Seni rupa
Analisis : Ideologi seni pada tahun 1990-an cenderung mengutarakan ketidakadilan yang terjadi dalam masyarakat menggunakan bahasa estetika; para seniman memberikan kritik kepada seluruh anggota masyarakat, mulai dari negara hingga para seniman itu sendiri. Perkembangan seni visual pada tahun 1990-an pada akhirnya dapat disimpulkan memiliki bentuk dan tema tersendiri; ekspresi ide-ide seniman lebih diutamakan daripada karya fisiknya. Sebagai contoh, Agus Suwage yang memulai karirnya sebagai pelukis lebih memilih lukisan sebagai bentuk ekspresinya.
Kesimpulan : Seniman terkadang merasa menjadi bagian dari masalah yang ada dalam masyarakat dalam perjalanan kreatifnya, mengambil banyak informasi dari media massa yang akhirnya memengaruhi karya estetisnya.
11. Kajian Makna dan Fungsi pada Lukisan Adi Supriadi “Renovasi Diri” Melalui Sudut Pandang Kausalitatif (Rifki Aswan, 2015)
Objek : Lukisan Renovasi Diri
Teori/Pendekatan : Teori kausalitas
Analisis : Hasil dari penelitian ini memberikan pemahaman akan nilai-nilai yang tersirat dalam kisah hidup setiap individu sebagai sarana pembelajaran diri, menekankan bahwa perubahan yang positif dimulai dari diri sendiri. Lukisan ini juga menceritakan tentang upaya yang dilakukan untuk membangun citra diri dan menggali potensi yang dimiliki. Sebagai hasilnya, lukisan ini mengundang pemirsa untuk merenungkan diri mereka sendiri serta merencanakan kehidupan yang lebih baik. Fungsi utama lukisan ini terletak sebagai artefak filosofis yang membangkitkan semangat bagi sang seniman ketika dilihatnya. Karya ini dianggap sebagai sebuah ikrar simbolis dalam pengembangan kepribadian dan potensi individu untuk menjadi lebih baik.
Kesimpulan : Lukisan ini berperan sebagai wadah untuk menuangkan emosi serta menjadi media komunikasi untuk berbagi semangat perubahan dalam masyarakat. Sedangkan penelitian yang akan saya buat akan membahasan lukisan mengenai lingkungan dan alam.
12. Membaca Eksperimentasi Visual dalam Lukisan I Ketut Gede Singaraja (Dewa Gede Purwita, 2020)
Objek : Lukisan I Ketut Gede Singaraja
Teori/Pendekatan : Eksperimentasi visual
Analisis : Pada pertengahan abad ke-19, terjadi periode eksperimental yang signifikan dalam sejarah seni rupa Bali. I Ketut Gede Singaraja menjadi salah satu pelopor di masa tersebut. Dengan bantuan tokoh seperti Van der Tuuk, diperkenalkanlah medium baru, seperti kertas, pensil, dan cat air kepada para pelukis. Medium baru ini memberikan kebebasan kepada seniman, termasuk I Ketut Gede Singaraja, untuk mengekspresikan diri, dan hasilnya adalah karya seni yang menunjukkan tanda-tanda kuat dari eksperimen visual. Pentingnya memahami eksperimen visual dalam karya I Ketut Gede Singaraja adalah untuk melihat sejauh mana penggunaan medium baru memengaruhi ekspresi seniman dalam menciptakan karya seni.
Kesimpulan : I Ketut Gede berhasil menggabungkan dialek visual seni rupa Bali menjadi sangat khas, yang kemudian disebut sebagai idiolek. Eksperimennya tercermin melalui berbagai tanda yang hadir dalam setiap elemen lukisannya, seperti plastisitas figur, penggunaan warna, komposisi, dan fragmen narasi tunggal, yang menjadi ciri khas dalam karyanya. Jurnal ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh saya adalah objek penelitian yang berbeda dan interpretasi seni dengan pendekatan berbeda dan berfokus pada satu karya lukisan saja.
13. Studi Literatur Surealisme di Indonesia (Rr. Mega Iranti Kusumawardhani & Muhammad Cahya Mulya Daulay, 2021)
Objek : Seni Rupa Moderen
Teori/Pendekatan : Surealisme
Analisis : Artikel ini memiliki keterbatasan yang perlu diperhatikan, terutama dalam metode penelitian yang sederhana. Penulis menyadari bahwa sumber tulisan di Indonesia mungkin terbatas, sehingga sedikitnya publikasi tidak selalu mencerminkan kurangnya diskusi tentang topik tersebut. Penggunaan metode lain, seperti mengakses galeri seni atau mewawancarai kritikus seni, bisa menghasilkan perspektif yang berbeda. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai ulasan Surealisme di Indonesia dengan metode yang berbeda diperlukan.
Kesimpulan : Penelusuran ini menunjukkan bahwa jejak Surealisme dalam literatur akademik jurnal artikel di Indonesia masih tergolong minim.
14 . Konsep Estetika Baumgarten dan Estetika Hindu (Amelia Purwandini, Kadek Rudi Sanjaya, 2019)
Objek : Karya seni Bali, terutama lukisan, ornamen, atau seni Bali
Teori/Pendekatan : Teori Estetika
Analisis : Estetika dalam pandangan umum memiliki kesamaan dengan estetika dalam pandangan Hindu yang pada dasarnya adalah pandangan tentang keindahan (Lango) dari sebuah objek yang diamati. Namun, estetika Hindu terikat oleh nilai-nilai Hindu yang berlandaskan ajaran kitab suci Weda. Ada beberapa konsep yang menjadi landasan fundamental dan dianggap penting dalam estetika Hindu seperti; Konsep kesucian, konsep kebenaran, dan konsep keseimbangan. Konsep kesucian (Siwan) pada dasarnya berkaitan dengan nilai-nilai ilahi yang juga meliputi Yadnya dan Taksu. Orang Hindu, seperti yang terlihat di Bali, memiliki pandangan estetika yang terikat oleh nilai-nilai spiritual dari Tuhan sesuai dengan ajaran Hindu. Pemimpin Hindu menyatakan bahwa Tuhan adalah yang paling indah dan sumber segala keindahan. Di India, Tuhan dalam bentuk Shiva Nataraja dengan tariannya dikatakan sebagai pencipta musik dan tari serta pencipta seni tertinggi. Dalam kepercayaan ini, umat Hindu percaya bahwa segala sesuatu yang bernilai artistik adalah ciptaan Tuhan.
Kesimpulan : Makna teologi Hindu yang terdiri dari sumber Tuhan atas segala hal, Tuhan dapat direalisasikan dengan simbol dengan dituangkan ke dalam bentuk lukisan sesuai dengan konsep Tri Purusa yaitu Sadasiwa; Makna Susila yang terdiri dari strata sosial dan sosiologi sastra; Dan makna peristiwa yang terdiri dari makna penyucian diri, fasilitas upacara keagamaan, dan digunakan sebagai interior untuk menikmati keindahannya.
15. An Analysis on Abdul Chamim’s Painting Entitled “Lukisan Gundul” Gentong Miring Gallery, Sluke Sub-Distric, Rembang Regency (Siti Nurkholis, 2018)
Objek : Lukisan Gundul
Teori/Pendekatan : Konsep Penciptaan.
Analisis : Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan seni karya Abdul Chamim, yakni Lukisan Gundul, serta menganalisis konsep, tema, proses penciptaan, dan makna karya ini di galeri Gentong Miring. konsep di balik Lukisan Gundul adalah representasi diri terhadap fenomena sosial sekitarnya, dengan tema Sosial dan Religi. Sosial berhubungan dengan aspek kemanusiaan, sementara Religi berkaitan dengan pencarian kebenaran menuju Tuhan. Proses pembuatan lukisan melalui serangkaian tahapan, mulai dari inspirasi hingga tahap visualisasi atau melukis. Lukisan ini mengajak untuk menjadi manusia yang berfokus pada kekemanusiaan serta menapaki jalan kebenaran menuju Tuhan. Mayoritas karyanya merupakan kritik terhadap berbagai fenomena sosial, religi, politik, dan ekonomi.
Kesimpulan : Lukisan ini mengajak untuk menjadi manusia yang berfokus pada kekemanusiaan serta menapaki jalan kebenaran menuju Tuhan. Mayoritas karyanya merupakan kritik terhadap berbagai fenomena sosial, religi, politik, dan ekonomi.
16. Ekspresi Estetis Sanggar Sanggar Club Merby Kelas Lukis Pada Siswa Sekolah Dasar Di Semarang.
Objek : Lukisan Siswa Sekolah Dasar di Semarang.
Teori/Pendekatan : Menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif analisis.
Analisis : Berdasarkan analisia pada artikel ini perlunya diberikan pembekalan tentang pendidikan estetik kepada siswa yang baru menginjak jenjang pendidikan dasar. Karena melalui sebuah seni siswa tersebut akan mendapatkan pengalaman estetis yang dapat membuat mereka memperoleh kepekaan dan kreativitas untuk mengungkapkan suatu emosi.
Kesimpulan : Dari hasil analisis kepada 15 karya lukis yang terlah dibuat oleeh siswa-siswa itu terdapat ekspresi estetis yang mengungkapan sebuah emosional dan gagasan yang dikeluarkan loleh siswa itu melalui lukisan tersebut.
Begitupula dengan artikel saya yang membahas mengenai eksprsi estetis yang saya dapatkan pada lukisan "Kebakaran Hutan" milik Raden Saleh.
17. Analisis Karya Seni Lukis Yasrul sami.
Objek : Lukisan Yasrul Sami
Teori/Pendekatan : Sosiologi Vera L. Zolberg dan kritik seni Edmund Burke Feldman.
Analisis : Dalam penelitian ini, Yasrul Sami, seorang seniman Sumatera Barat, dianalisis dalam konteks konsistensi karyanya yang mengusung aliran abstrak ekspresionisme. Karya-karyanya mencirikan keunikan dengan penampilan elemen tak biasa, seperti huruf dan angka yang bersifat simbolik. Fokus penelitian terpusat pada perjalanan berkaryanya dan ciri khas lukisannya. Metodologi yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif, mengadopsi pendekatan sosiologi Vera L. Zolberg dan kritik seni oleh Edmund Burke Feldman. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi oleh Milles dan Huberman, dengan analisis triangulasi data oleh Mathinson (triangulasi sumber, teknik, dan waktu). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa perjalanan seni Yasrul dimulai sejak kecil dengan pengaruh motivasi dari beberapa individu, membentuknya sebagai seniman dan dosen. Ciri khas karya Yasrul, ditemukan melalui pendekatan kritik seni, mencakup penggunaan simbol angka, huruf, segitiga geometris berulang, tetesan air, dan warna suram yang sesuai dengan karakternya. Kesimpulan penelitian menegaskan bahwa dalam berkarya, Yasrul terpengaruh oleh institusi sosial dan masyarakat yang membentuk esensi karakter seninya, sejalan dengan temuan dari teori sosiologi dan kritik seni.
Kesimpulan : Yasrul Sami dipengaruhi oleh institusi sosial dan masyarakat dalam berkarya abstrak ekspresionisme dengan ciri khas simbolik, seperti angka, huruf, elemen geometris, tetesan air, dan warna suram. Berbeda dengan lukisan "Forest firs" milik Raden Saleh yang akan saya jadikan jurnal yang akan saya tulis mengenai lukisan tentang lukisan "Forest Fire" Raden Saleh dengan teori mimesis Aristoteles.
18. Analisis Karya Lukis Rasyid Maulana Arifudin Dalam Pameran Art For Orangutan.
Objek: Karya seni lukis berjudul "Ajur Ajer" karya Rasyid Maulana Arifudin.
Teori/Pendekatan: Metode penelitian menggunakan pendekatan studi kasus dan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data melibatkan observasi dan wawancara semi terstruktur.
Analisis : Penelitian ini menjelajahi makna dan cerita yang terkandung dalam karya seni lukis berjudul "Ajur Ajer" yang dipamerkan dalam Art For Orangutan. Dengan fokus pada penilaian dan respons terhadap kualitas karya seniman muda Rasyid Maulana Arifudin asal Klaten, penelitian ini dirancang untuk menggali pesan yang disampaikan melalui lukisan tersebut. Pendekatan studi kasus dengan metode kualitatif deskriptif digunakan, memanfaatkan teknik observasi dan wawancara semi terstruktur. Penelitian menghasilkan beberapa analisis yang mencakup konsep, media yang digunakan, objek yang dihadirkan, dan pesan yang tersirat dalam "Ajur Ajer". Menariknya, penelitian ini menekankan penggunaan sosok diri sebagai objek, mengadvokasi pemahaman dan penghargaan terhadap diri sendiri dalam seni lukis, sambil mencatat bahwa sesekali, penggunaan diri sendiri sebagai objek tidak harus bergantung pada model orang lain. Dengan demikian, artikel ini mengungkapkan aspek-aspek penting dari karya seni yang mungkin bersifat personal dan memberikan wawasan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam proses penciptaan seni tersebut.
Kesimpulan : yang membedakan artikel ini dengan jurnal yang akan saya buat mengenai lukisan "Forest Fire" milik Raden Saleh adalah, jika artikel ini membahas karya seni "Ajur Ajer" dengan fokus pada analisis konsep, media, objek, dan pesan yang terkandung dalam lukisan. Perbandingan dengan jurnal yang akan saya buat mengenai lukisan "Forest Fire" milik Saleh dapat terletak pada objek, konteks, serta pendekatan analisis yang mungkin berbeda. Sementara "Ajur Ajer" menggunakan sosok diri sendiri sebagai objek dan menekankan penggunaan diri sendiri dalam seni, "Forest Fire" mungkin memiliki latar belakang dan pesan yang berbeda, memungkinkan perbandingan yang menarik antara dua karya seni yang berbeda.
19. Analisis Artefak Cinta Dalam Karya Lukis Abstrak Ekspresionis Acep Zamzam Noor
Objek: Lukisan berseri "Artefak Cinta" karya Acep Zamzam Noor.
Teori/Pendekatan: Acep Zamzam Noor menggunakan pendekatan abstrak ekspresionis dalam penciptaan karyanya, yang dipicu oleh ide-ide puisi yang ia tulis sendiri. Penelitian ini mengaplikasikan konsep ide gagasan, dengan fokus pada tahapan prapenciptaan, proses penciptaan, dan proses pascapenciptaan.
Analisis : Tasikmalaya menjadi tempat berkembangnya banyak seniman lukis yang mampu bersaing baik dengan seniman lokal maupun internasional. Acep Zamzam Noor, sebagai seniman lukis internasional asal Tasikmalaya, telah sukses memamerkan karyanya di berbagai negara. Uniknya, Acep Zamzam Noor menciptakan lukisannya dengan mengambil inspirasi dari puisi yang ditulisnya sendiri, sebuah pendekatan yang jarang ditemui di kalangan seniman lain. Lukisan berseri "Artefak Cinta" menjadi salah satu karyanya yang terinspirasi dari puisi pribadinya. Melalui hasil temuan dan pembahasan, kesimpulan ditarik mengenai konsep ide dalam penciptaan lukisan "Artefak Cinta" oleh Acep Zamzam Noor serta visualisasi dari ide tersebut dalam bentuk lukisan abstrak ekspresionis. Diperoleh pemahaman bahwa konsep ide tersebut bersumber dari alam prakesadaran dan keberanian bermain dengan ide kreatif. Acep Zamzam Noor ingin menyampaikan gagasan tentang perjalanan hidupnya dari masa lalu hingga kini. Proses kreatifnya dibagi menjadi tiga tahap, yaitu prapenciptaan yang mencakup persiapan konsep ide dan bahan melukis, proses penciptaan yang membahas teknik dan cara Acep Zamzam Noor melukis, dan terakhir proses pascapenciptaan yang menyoroti cara presentasi karyanya. Keseluruhan, konsep dan pendekatan yang diusung Acep Zamzam Noor menandai keunikan dalam penciptaan seni lukisnya dan menjadi fokus utama dalam eksplorasi kreatifnya.
Kesimpulan : yang membedakan artikel ini dengan jurnal yang akan saya buat mengenai lukisan "Forest Fire" milik Raden Saleh adalah artikel ini mengungkapkan bahwa Acep Zamzam Noor menciptakan lukisan "Artefak Cinta" berdasarkan puisi yang ia tulis sendiri, sebuah pendekatan yang tidak umum dijumpai pada seniman lain. Dalam konteks perbandingan dengan jurnal yang akan saya buat mengenai lukisan "Forest Fire" milik Raden Saleh, perbedaan mungkin terletak pada inspirasi dan konsep yang mendasari karya seni tersebut. Sementara "Artefak Cinta" membangun dari puisi pribadi senimannya, "Forest Fire" Raden Saleh mungkin memiliki latar belakang dan pesan yang unik, memungkinkan perbandingan yang menarik antara dua pendekatan seni yang berbeda.
20. Estetika Seni lukis karya koeboe Sarawan
Objek: Seni lukis karya Koeboe Sarawan.
Teori/Pendekatan: Pendekatan kreativitas, dengan metode deskriptif analisis dan analisis interpretatif.
Analisis : Tulisan ini, bagian dari karya tesis Yulianto berjudul “Seni Lukis karya Koeboe Sarawan, Kritik Seni Holistik,” menjelaskan keberadaan seni lukis Koeboe Sarawan dalam konteks seni rupa modern Indonesia. Karya seni tersebut dipahami sebagai manifestasi seni yang unik dengan karakteristik tersendiri. Fokus pada eksistensi dan konsistensi Koeboe Sarawan dalam menciptakan karya-karya seni diarahkan pada pemahaman proses kreatif. Rumusan masalah penelitian mencakup pertanyaan mengenai proses penciptaan seni lukis Koeboe Sarawan dan bentuk estetis karyanya. Metode penelitian yang diterapkan adalah kualitatif dengan pendekatan kreativitas, menggunakan deskriptif analisis dan analisis interpretatif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa karya seni lukis Koeboe Sarawan merupakan bentuk aktualisasi dirinya sebagai seniman, mencerminkan pemahaman mendalam tentang perjalanan dan arti kehidupan sejati. Lebih lanjut, karya-karya tersebut menghadirkan nilai-nilai estetika yang memperkaya pemahaman terhadap seni lukis Koeboe Sarawan.
Kesimpulan : yang membedakan artikel ini dengan jurnal yang akan saya buat mengenai lukisan "Forest Fire" milik Raden Saleh dengan artikel ini membahas eksistensi seni lukis Koeboe Sarawan dan menitikberatkan pada proses penciptaan serta bentuk estetis karya-karya seni lukisnya. Sebagai perbandingan dengan jurnal yang akan saya buat tentang lukisan "Forest Fire" milik Raden Saleh, perbedaan mungkin terletak pada seniman yang dibahas, konteks sejarah dan budaya yang berbeda, serta fokus analisis yang berbeda. Sementara "Forest Fire" oleh Raden Saleh dapat menyoroti elemen-elemen sejarah atau sosial, karya seni Koeboe Sarawan mungkin mengeksplorasi aspek-aspek kreativitas dan eksistensial seniman dalam proses penciptaan. Dengan demikian, perbandingan antara kedua tulisan dapat menghasilkan wawasan yang menarik tentang variasi pendekatan dan makna dalam seni lukis Indonesia.
21. WAYANG PURWA SEBAGAI OBJEK LUKIS KACA KARYA RETNO LAWIYANI : Sebuah Kajian Visual Ornamentik
Objek: Lukisan kaca dengan wayang purwa oleh Retno Lawiyani.
Teori/Pendekatan: Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan biografi, kreativitas, dan estetika menurut teori A.A.M Djelantik. Pendekatan estetika A.A.M Djelantik menekankan pada tiga unsur utama, yaitu wujud/rupa, bobot/isi, dan penampilan, yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap karya lukis kaca Retno Lawiyani.
Analisis : Wayang, sebagai karya adiluhung Indonesia, menjadi subjek pengembangan dalam bentuk visual, khususnya pada lukisan kaca yang dihasilkan oleh seniman lukis kaca Retno Lawiyani. Retno Lawiyani menciptakan setiap karyanya dengan mengambil inspirasi dari wayang purwa, memberikan aspek estetika yang menarik untuk diteliti. Penelitian ini fokus pada deskripsi latar belakang kekaryaan Retno Lawiyani, proses kreatifnya dalam menciptakan lukisan kaca, dan wujud visual dari hasil karya seni tersebut. Metode penelitian kualitatif digunakan dengan pendekatan biografi, kreativitas, dan estetika, terutama menurut teori A.A.M Djelantik. Analisis mencakup tiga unsur estetika, yaitu wujud/rupa, bobot/isi, dan penampilan, yang diterapkan pada lima karya lukis kaca Retno Lawiyani yang dipilih secara purposive.
Kesimpulan : yang membedakan artikel ini dengan jurnal yang akan saya buat mengenai lukisan "Forest Fire" milik Raden Saleh adalah artikel ini memfokuskan pada pengembangan wayang dalam bentuk visual, khususnya pada lukisan kaca karya Retno Lawiyani. Dengan menekankan pada aspek estetika dan pendekatan kreativitas, penelitian ini mencakup latar belakang kekaryaan, proses kreatif, dan wujud visual karya seni lukis kaca Retno Lawiyani. Jurnal saya mengenai lukisan "Forest Fire" milik Raden Saleh, akan membedakan diri dengan mengulas konteks sejarah, simbolisme, dan teknik lukisan pada karya tersebut, memberikan pemahaman yang mendalam terkait perbandingan antara dua seniman dan karya seni mereka yang berbeda.
22. Konsep Seni Pada Karya Seni Lukis Anak Usia 4 sampai 8 Tahun
Objek: Lukisan anak usia 4-8 tahun
Teori/Pendekatan: Model penciptaan konsep seni
Analisis : Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk menggambarkan ide dan konsep dalam lukisan anak usia 4-8 tahun, berdasarkan model penciptaan konsep seni. Data utama diperoleh dari lukisan anak tersebut, sedangkan data sekunder mencakup teori konsep seni, seni lukis anak, dan teori perkembangan manusia. Subjek penelitian adalah lukisan anak dengan objek formal melibatkan ide dan konsep, serta objek material seperti warna, garis, bidang, dan bentuk. Teknik pengumpulan data melibatkan observasi, wawancara, dan analisis dokumen, dengan peneliti sebagai instrumen. Hasil analisis menunjukkan bahwa anak-anak usia 4-8 tahun menggunakan seni lukis sebagai sarana untuk mengungkapkan ide dan konsep mereka, termasuk representasi diri, tempat tinggal, pemandangan gunung, perjalanan naik alat transportasi, proses sosial, jalan raya, dan seni. Verifikasi hasil dilakukan dengan triangulasi untuk memastikan validitas dan reliabilitas data, dan kesimpulannya menekankan bahwa ide dan konsep merupakan landasan penting dalam ekspresi seni lukis anak-anak tersebut, dengan pengungkapan konsep ruang dan waktu.
Kesimpulan : yang membedakan artikel ini dengan jurnal saya mengenai lukisan "forest fire" milik Raden Saleh adalah fokus pada deskripsi ide dan konsep lukisan anak usia 4-8 tahun, dengan metode penelitian deskriptif kualitatif dan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak usia tersebut menggunakan seni lukis sebagai ekspresi ide, termasuk representasi diri, tempat tinggal, pemandangan gunung, perjalanan, proses sosial, jalan raya, dan kseniun, dengan pengungkapan konsep ruang dan waktu dalam karyanya. Verifikasi data melibatkan pemeriksaan triangulasi untuk memastikan validitas dan reliabilitas hasil.
23. Kajian Seni Lukis Karya Djoko Pekik Dengan Tema Peristiwa September 1965
Objek: Kajian karya seni lukis Djoko Pekik dengan tema Peristiwa September 1965.
Teori/Pendekatan: Metode penelitian kualitatif dengan analisis interaktif dan interpretasi, menggunakan teori semiotika Charles S. Pierce untuk membedah interpretasi tanda dalam lukisan.
Analisis : Artikel Hapsari Fadlila membahas karya seni lukis Djoko Pekik berjudul "Peristiwa September 1965". Dalam penelitian ini, Djoko Pekik berusaha mengungkapkan pengalaman pribadinya selama peristiwa tersebut melalui tiga karyanya. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan analisis interaktif dan interpretasi, menggunakan teori semiotika Charles S. Pierce. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karya-karya Djoko Pekik, seperti "Awal Bencana Di Lintang Kemukus 1965" dan "Kali Berantas Bengawan Solo Luweng," menggunakan ikon, indeks, dan simbol sebagai visualisasi peristiwa yang dialaminya pada tahun 1965, mulai dari kemunculan lintang kemukus hingga masa Orde Baru. Dalam konteks perbandingan dengan jurnal mengenai lukisan "forest fire" Raden Saleh, penelitian ini menonjolkan interpretasi simbolik dan latar belakang sejarah dalam karya seni lukis Djoko Pekik.
Kesimpulan : yang membedakan dengan jurnal "forest fire" Raden Saleh jurnal ini meneliti latar belakang penciptaan dan estetika karya seni lukis Djoko Pekik dengan tema Peristiwa September 1965. Metodenya mencakup analisis interaktif dan interpretasi dengan menggunakan teori semiotika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Djoko Pekik berusaha mengungkapkan pengalaman pribadinya saat peristiwa September 1965 melalui tiga karyanya. Lukisan tersebut mengandung ikon, indeks, dan simbol yang menjadi visualisasi pengalaman Pekik pada tahun 1965, mulai dari kemunculan lintang Kemukus hingga masa Orde Baru. Kesimpulan ini membedakan penelitian ini dari jurnal mengenai lukisan "forest fire" Raden Saleh dengan fokus pada konteks sejarah dan interpretasi simbolik dalam karya seni.
24. Mengagah Harimau: Seni Tari Ritual Budaya Masyarakat Pulau Tengah Kabupaten Kerinci Sebagau Ide Penciptaan Seni Lukis Surealis
Objek: Karya seni lukis surealisme berjudul “Mengagah Harimau: Ritual Budaya Masyarakat Pulau Tengah Kabupaten Kerinci”.
Teori/Pendekatan: Metode penciptaan menggunakan observasi dan wawancara untuk mengamati tari Mengagah Harimau secara tajam, terinci, dan mencatatnya secara akurat. Pendekatan lukisan surealisme dengan teknik serealis.
Analisis : Karya seni berjudul “Mengagah Harimau: Ritual Budaya Masyarakat Pulau Tengah Kabupaten Kerinci” merangkum eksplorasi seni lukis surealisme yang muncul dari observasi ritual tari Mengagah Harimau. Pengkarya menggabungkan gerak silat harimau menjadi tarian dengan gerakan serupa, menginspirasi penciptaan lukisan surealis dengan ide ritual tersebut. Meskipun desainnya berbeda dari tarian aslinya, lukisan ini tetap menyajikan unsur dan makna gerak Mengagah Harimau. Metode penciptaan menggunakan observasi dan wawancara, dengan lokasi penelitian di Desa Pulau Tengah Kabupaten Kerinci. Hasilnya adalah lukisan surealisme yang menggambarkan gerak pembuka, mengagah, membela, cakar silang, matai ateh, nak nepo, dan kemasukan imo. Bahan yang digunakan melibatkan kanvas, spanram, cat dasar, cat akrilik, gun stepller, dan kuas, dengan proses pemasangan kanvas, penggarapan karya pertama, dan bingkai. Penciptaan karya ini menunjukkan keterlibatan seniman dengan budaya lokal, memadukan gerak tari tradisional dengan ekspresi surealisme melalui media lukisan.
Kesimpulan : yang membedakan dengan jurnal saya yang membahas tentang lukisan "forest fire" Raden Saleh adalah artikel ini mencerminkan proses kreatif pengkarya yang terinspirasi dari ritual tari Mengagah Harimau. Berbeda dengan jurnal mengenai lukisan "forest fire" milik Raden Saleh yang mungkin lebih mengadopsi teori mimesis Aristoteles, karya ini menghadirkan interpretasi surealis dari gerak tari tersebut. Penciptaan seni lukis ini mempertahankan unsur dan makna gerak Mengagah Harimau, namun diekspresikan dalam bentuk surealisme. Dengan metode observasi dan wawancara, karya ini memperoleh inspirasi dari budaya lokal Desa Pulau Tengah Kabupaten Kerinci, menciptakan lukisan surealisme yang memadukan gerak tari dan teknik seni lukis modern.
25. Faktor Ideasi dalam Proses Kreasi Seniman Lukis Jelekong
Objek: Faktor ideasi dalam proses kreasi seniman lukis Jelekong yang tidak memiliki latar belakang pendidikan seni formal.
Teori/Pendekatan: Penelitian ini menggunakan metode verbal report, analisis jaringan konsep asosiatif, image analysis, dan analisis faktor untuk memahami proses kreasi ideasi tahap awal pada pelukis Jelekong.
Analisis : Penelitian ini menyoroti praktik alih keterampilan turun-temurun dalam komunitas pelukis Jelekong tanpa latar belakang pendidikan seni formal selama 50 tahun. Fokusnya adalah pada faktor ideasi tahap awal dalam proses kreasi, diungkapkan melalui metode verbal report dan analisis jaringan konsep. Hasilnya menunjukkan bahwa pelukis Jelekong cenderung menjaga harmoni dan ketenangan dalam karyanya dengan menggabungkan unsur-unsur seperti penempatan objek, perbedaan warna, dan komposisi seimbang. Dalam kontrast dengan teori mimesis Aristoteles, pelukis Jelekong lebih condong kepada peniruan atau mengikuti karya sebelumnya, jarang menunjukkan unsur kebaruan, dan lebih sering mencapai harmoni dan ketenangan dalam setiap karya mereka.
Kesimpulan : Yang membedakan dengan jurnal saya yang membahas mengenai lukisan "forest fire" Raden Saleh adalah jika penelitian ini mengungkapkan bahwa pelukis Jelekong, meskipun tanpa pendidikan seni formal, melibatkan alih keterampilan secara turun-temurun. Proses kreasi mereka cenderung mengikuti pola harmoni dan ketenangan dengan penekanan pada unsur-unsur seperti penempatan objek, perbedaan warna, kehadiran alam yang ideal, dan komposisi seimbang. Dalam kontrast dengan teori mimesis Aristoteles yang menekankan peniruan, pelukis Jelekong jarang menunjukkan unsur kebaruan dalam karya mereka, melainkan lebih condong kepada peniruan dan pengulangan. Hal ini membedakan penelitian ini dengan jurnal mengenai lukisan "forest fire" Raden Saleh yang mungkin lebih memperhatikan aspek imitasi dan peniruan dalam proses kreasi seni.
26. Karya Lukisan Benny Subiantoro (Sepbianti Rangga Patriani, 2012)
Objek : Perupa Benny Subiantoro
Teori/Pendekatan : Konsep Sartono Kartodirdjo
Analisis : Karya seni seringkali menjadi cerminan dari perjalanan dan refleksi hidup, pengalaman, serta pengamatan seniman terhadap dunia sekitarnya. Dalam proses penciptaan karya seni, seorang seniman mengekspresikan dirinya melalui kepekaan artistik dan inteleksi, mencerminkan suasana hati serta kehidupannya. Pengalaman seni lukis Benny Subiantoro menunjukkan bahwa seorang seniman tidak harus terpaku pada satu jenis bahan saja. Sebaliknya, kreativitas seorang seniman dapat diekspresikan melalui berbagai jenis bahan yang digunakan dalam menciptakan karyanya.
Kesimpulan : Berfokus untuk membahasa komponen yang digunakan dalam lukisan, sedangkan saya akan menggunakan makna interpretasi seninya.
27. Kajian Seni Lukis Karya Yunus Sunarto (Suyadi, 2015)
Objek : Seni lukis karya Yunus Sunarto
Teori/Pendahuluan : Pendekatan Estetik Monroe Beardsley
Analisis : Penelitian mengenai karya seni lukis Yunus Sunarto bertujuan untuk menjelajahi latar belakang kreatifnya, menganalisis bentuk karya seninya dengan menggunakan pendekatan estetika Monroe Beardsley, serta memahami pandangan pengamat terhadap karyanya. Ada enam lukisan karya Yunus Sunarto yang dianalisis menggunakan pendekatan estetik Monroe Beardsley. Analisis ini merujuk pada tiga sifat estetik seni: kesatuan, dimana unsur rupa dan desain tersusun dengan baik; kompleksitas, dimana seni memiliki kedalaman isi dan subtansi yang halus; intensitas, dimana karya seni menampilkan kualitas yang mencolok meskipun menghadirkan berbagai suasana seperti suram atau gembira, serta nuansa lembut dan kasar. Kreativitas Yunus Sunarto tercermin dalam rekonstruksi peristiwa alam dalam karyanya. Aspek estetika lukisannya menampilkan proporsi, anatomi, gradasi, dan volume yang tepat dalam menggambarkan objek di atas kanvas, meskipun terkadang kesan warnanya terasa kurang halus.
Kesimpulan : Dengan menggunakan interpretasi analisis estetika, penelitian ini membuka jendela pada pengetahuan mendalam terkait karya seni Yunus Sunarto, menyoroti kekuatan dan keunikan serta memberikan wawasan tentang pandangan para pengamat terhadap karyanya
28. Kosmologi Sekala-Niskala Refleksi Estetika Lukisan I Nyoman Sukari (Arya Sucitra & Siti Murtiningsih, 2020)
Objek : Sifat seni bagi I Nyoman Sukari
Teori/Pendekatan : Pendekatan hermeneutik-metafisika
Analisis : Refleksi filosofis memberikan pemahaman tentang berbagai aktivitas dari komponen-komponen karya manusia sebagai entitas terkait dalam suatu jaringan yang saling terhubung. Bahasa, mitos, agama, seni, dan seniman sebagai pencipta manusia tidak terpisah, melainkan terintegrasi dalam ikatan tunggal. I Nyoman Sukari sebagai seorang seniman memiliki beragam pencapaian artistik yang pluralistik dan multikultural, menghadirkan pesona, pengalaman, misteri, cerita, dan mitologi Bali dan Jawa yang melekat dalam tubuh, pikiran, dan jiwanya. Isu-isu filosofis dalam lukisan-lukisan Sukari penuh dengan nilai-nilai lokal Bali dan sifat multikulturalnya; keagamaan, mitologi, sejarah, skala, tradisi seni, lintas-budaya, dan isu-isu kontemporer atau globalisasi menjadi lebih kompleks dan memiliki lapisan-lapisan dalam istilah estetika dan metafisika.
Kesimpulan : Dalam artikel ini, penelitian dilakukan menginvestigasi sifat seni bagi I Nyoman Sukari, sejauh mana prinsip-prinsip dasar estetika Hindu tercermin dalam karyanya, bagaimana Sukari memahami dunia metafisika dan kemudian menginterpretasikan segala isu dalam batin dan dunia (Sekala-niskala), serta bagaimana menolak filsafat Hindu-Bali dan dunia kontemporer untuk melahirkan narasi spiritualitas melalui lukisan dengan metafora dan simbolisasi.
29. Anlisis Estetik Lukisan Joni Ramlan Berobjek Sepeda (Akhmad Abudinata, Djuli Djatiprambudi, Winarno, 2016)
Objek : Lukisan Joni Ramlan Berobjek Sepeda
Teori/Pendahuluan : Pendekatan Estetika
Analisis : Lukisan Joni Ramlan dengan sepeda sebagai obyeknya menampilkan sebuah narasi mendalam. Dalam lukisan ini, Joni menciptakan gambaran sepeda yang memikat secara visual dan penuh dengan konsep estetis yang unik. Sepeda dijadikan simbol oleh Joni untuk menggambarkan kekerasan dan beban dalam kehidupan pengendara sepeda itu sendiri. Karya-karya Joni Ramlan menonjolkan kesederhanaan tema dan teknik dengan gaya ekspresi simbolik yang kuat. Lukisannya cenderung mengeksplorasi bentuk-bentuk artistik dengan dominasi tekstur dan warna monokrom. Melalui objek sepeda sebagai simbol, Joni menghadirkan kisah perjuangan kehidupan manusia dari kalangan bawah yang menggunakan sepeda sebagai sarana utama dalam kehidupan sehari-hari. Lukisannya mengungkapkan narasi yang mendalam tentang kehidupan manusia dengan kehalusan simbolisasi.
Kesimpulan : Menggambarkan proses penelitian mendalam untuk memahami masalah kemanusiaan dan sosial dengan holistik, rinci, dan deskriptif interpretatif dengan fokus pada aspek estetika, mengangkat Joni Ramlan sebagai seniman dan lukisannya dengan objek sepeda sebagai subjek penelitian. Sedangkan saya menggunakan konsep untuk memahami lukisan bertemakan lingkungan untuk memaparkan bagaimana manusia seharusnya dapat menjaga lingkungan dan aktivitas manusia akan memberikan dampak kepada alam.
30. Seni Lukis Indonesia: Problem Refleksivitas Dalam Pemikiran Filsafat Post-Modernisme Terhadap Masyarakat Multikultural (Dharsono, 2011)
Objek : Seni Lukis Indonesia
Teori/Pendekatan : Post-Modernisme
Analisis : Sepanjang perjalanan seni lukis dari zaman awal R. Saleh hingga awal abad XXI, terlihat adanya berbagai pergeseran dalam konsepnya. Kemapanan seni lukis Indonesia belum mencapai puncaknya karena telah diguncang oleh ide-ide modernisme yang memunculkan bentuk seni alternatif, seperti seni konseptual seperti "Instalasi Art" dan "Performance Art," yang populer di lingkungan perguruan tinggi seni pada tahun 1993-1996. Di samping itu, munculnya berbagai bentuk alternatif seperti "kolaborasi" sebagai tren pada tahun 1996/97. Sementara seni lukis konvensional dengan berbagai gaya masih ada di galeri-galeri, meskipun sudah tidak lagi hanya menjadi ekspresi apresiasi masyarakat, melainkan telah menjadi bisnis investasi yang menarik. Seniman dihadapkan pada dua pilihan: pertama, tetap sebagai seniman yang idealis yang berusaha mempertahankan nilai-nilai seni sebagai terapi batin, sehingga seni bisa menjadi cerminan zaman, sejalan dengan zamannya, sebagai potret kehidupan. Pilihan kedua adalah masuk ke dalam dunia seni lukis Indonesia yang menjanjikan peluang. Seniman modern berusaha menuangkan dirinya melalui ekspresi pribadinya, mengungkapkan pengalaman estetiknya melalui simbol-simbol ekspresi yang sarat dengan makna realitas.
Kesimpulan : Jurnal ini menjelaskan mengenai perkembangan seni lukis di Indonesia tidak hanya mencerminkan evolusi estetika, tetapi juga representasi dari perubahan sosial, budaya, dan ekonomi yang melibatkan seniman dalam menjelajahi berbagai konsep, teknik, dan medium untuk mengekspresikan pengalaman dan ide mereka. Sehingga penelitian yang akan dilakukan oleh saya akan memberikan gambaran yang lebih spesifik pada zaman Raden Saleh dengan salah satu karya lukisannya.
Comments
Post a Comment